PENGEMBANGAN INSTRUMEN
Tentang KEMATANGAN Emosi
A.
KAJIAN TEORI TENTANG KEMATANGAN EMOSI
Istilah emosi
menurut Daniel Goleman (1995), seorang pakar kecerdasan emosional, yang diambil
dari Oxford English Dictionary memaknai emosi sebagai setiap kegiatan atau
pergolakan pikiran, perasaan, nafsu, setiap keadaan mental yang hebat dan
meluap-luap. Lebih lanjut ia mengatakan bahwa emosi merujuk kepada suatu
perasaan dan pikiran-pikiran yang khas, suatu keadaan biologis dan psikologis,
dan serangkaian kecendrungan untuk bertindak.
Menurut Chaplin
(1989) dalam Dictionary of psychology, emosi adalah sebagai suatu keadaan yang
terangsang dari organisme mencakup perubahan-perubahan yang disadari, yang
mendalam sifatnya dari perubahan perilaku. Chaplin (1989) membedakan emosi
dengan perasaan, perasaan (feelings) adalah pengalaman disadari yang diaktifkan
baik oleh perangsang eksternal maupun oleh bermacam-macam keadaan jasmaniah.
Menurut Crow
& Crow (1958), emosi adalah "an
emotion, is an affective experience that accompanies generalized inner
adjustment and mental and physiological stirredup states in the individual, and
that shows it self in his evert behaviour". Jadi, emosi adalah warna
afektif yang kuat dan ditandai oleh perubahan-perubahan fisik.
Menurut Hurlock
(1990), individu yang dikatakan matang emosinya yaitu:
1.
Dapat melakukan kontrol diri yang bisa
diterima secara sosial. Individu yang emosinya matang mampu mengontrol ekspresi
emosi yang tidak dapat diterima secara sosial atau membebaskan diri dari energi
fisik dan mental yang tertahan dengan cara yang dapat diterima secara sosial.
2.
Pemahaman diri. Individu yang matang,
belajar memahami seberapa banyak kontrol yang dibutuhkannya untuk memuaskan
kebutuhannya dan sesuai dengan harapan masyarakat.
3.
Menggunakan kemampuan kritis mental.
Individu yang matang berusaha menilai situasi secara kritis sebelum
meresponnya, kemudian memutuskan bagaimana cara bereaksi terhadap situasi
tersebut.
Kematangan emosi
(Wolman dalam Puspitasari, 2002) dapat didefinisikan sebagai kondisi yang
ditandai oleh perkembangan emosi dan pemunculan perilaku yang tepat sesuai
dengan usia dewasa dari pada bertingkah laku seperti anak-anak. Semakin
bertambah usia individu diharapkan dapat melihat segala sesuatunya secara
obyektif, mampu membedakan perasaan dan kenyataan, serta bertindak atas dasar
fakta dari pada perasaan.
Menurut Kartono
(1988) kematangan emosi sebagai kedewasaan dari segi emosional dalam artian
individu tidak lagi terombang ambing oleh motif kekanak- kanakan. Chaplin
(2001) menambahkan emosional maturity adalah suatu keadaan atau kondisi
mencapai tingkat kedewasaan dari perkembangan emosi dan karena itu pribadi yang
bersangkutan tidak lagi menampilkan pola emosional yang tidak pantas.
Smith (1995)
mendefinisikan kematangan emosi menghubungkan dengan karakteristik orang yang
berkepribadian matang. Orang yang demikian mampu mengekspresikan rasa cinta dan
takutnya secara cepat dan spontan. Sedangkan pribadi yang tidak matang memiliki
kebiasaan menghambat perasaan-perasaannya. Sehingga dapat dikatakan pribadi
yang matang dapat mengarahkan energi emosi ke aktivitas-aktivitas yang sifatnya
kreatif dan produktif. Senada dengan pendapat di atas Covey (dalam Puspitasari,
2002) mengemukakan bahwa kematangan emosi adalah kemampuan untuk
mengekspresikan perasaan yang ada dalam diri secara yakin dan berani, diimbangi
dengan pertimbangan-pertimbangan akan perasaan dan keyakinan individu lain.
Menurut
pandangan Skinner (1977) esensi kematangan emosi melibatkan kontrol emosi yang
berarti bahwa seseorang mampu memelihara perasaannya, dapat meredam emosinya,
meredam balas dendam dalam kegelisahannya, tidak dapat mengubah moodnya, tidak
mudah berubah pendirian. Kematangan emosi juga dapat dikatakan sebagai proses
belajar untuk mengembangkan cinta secara sempurna dan luas dimana hal itu
menjadikan reaksi pilihan individu sehingga secara otomatis dapat mengubah
emosi-emosi yang ada dalam diri manusia (Hwarmstrong, 2005).
Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa emosi adalah suatu respons terhadap suatu perangsang
yang menyebabkan perubahan fisiologis disertai perasaan yang kuat dan biasanya
mengandung kemungkinan untuk meletus.
B.
DEFINISI KONSEPTUAL VARIABEL KEMATANGAN EMOSI
Emosi adalah suatu keadaan atau
kondisi mencapai tingkat kedewasaan dari perkembangan emosi sehingga melahirkan indikator sebagai
berikut: (1) Dapat melakukan kontrol diri yang bisa diterima secara sosial, (2)
Menggunakan kemampuan kritis mental, (3) Melihat segala sesuatunya secara
obyektif, (4) Mampu membedakan perasaan dan kenyataan, (5) dapat
mengarahkan energi emosi ke aktivitas-aktivitas yang sifatnya kreatif dan
produktif, (6)
Tidak mudah berubah pendirian.
C.
DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL KEMATANGAN EMOSI
Kematangan Emosi adalah total skor
yang diperoleh dari responden setelah merespon instrumen kematangan emosi dalam
pernyataan dengan rentang skor 0-1.
D.
KISI-KISI INSTRUMEN KEMATANGAN EMOSI
Variabel
|
Indikator
|
Jumlah
Butir
|
No.
Butir
|
Emosi
|
1. Dapat melakukan
kontrol diri
|
4
|
1-4
|
|
2.
Menggunakan kemampuan kritis mental
|
2
|
5-6
|
|
3.
Melihat segala sesuatunya secara obyektif
|
2
|
7-8
|
|
4.
Mampu membedakan perasaan dan kenyataan
|
4
|
9-12
|
|
5.
Dapat
mengarahkan energi emosi ke aktivitas-aktivitas yang sifatnya kreatif dan
produktif
|
2
|
13-14
|
|
6.
Tidak mudah berubah pendirian
|
2
|
15-16
|
|
|
|
|
|
Jumlah
Butir
|
16
|
16
|
E.
INSTRUMEN KEMATANGAN EMOSI
Petunjuk :
1.
Jawablah pernyataan di bawah ini dengan memberi
tanda contreng (√) pada kolom Respon Ya, jika sesuai dengan Anda atau Tidak,
jika tidak sesuai dengan Anda.
2.
Respon Ya mendapat skor 1 dan Respon
Tidak mendapat skor 0.
No.
|
Pernyataan
|
Respon
|
|
Ya
|
Tidak
|
||
1.
|
Saya
mampu menahan diri untuk tidak marah dalam situasi apapun.
|
|
|
2.
|
Saya
mampu menahan diri untuk tidak balas dendam terhadap orang yang menyakiti
saya.
|
|
|
3.
|
Saat tidak akan menangis apabila kehilangan sesuatu
sekalipun itu sangat berharga dalam hidup saya.
|
|
|
4.
|
Saya akan tetap tersenyum meskipun sebagian orang
mencela saya atau memusuhi saya.
|
|
|
5.
|
Saya
tidak terburu-buru mengambil keputusan.
|
|
|
No.
|
Pernyataan
|
Respon
|
|
Ya
|
Tidak
|
||
6.
|
Saya
sering berpikir dahulu sebelum bertindak.
|
|
|
7.
|
Saya
selalu mencari fakta
sebelum mengambil keputusan.
|
|
|
8.
|
Saya selalu melakukan pengamatan terlebih dahulu
sebelum mengambil sebuah langkah dalam suatu hal.
|
|
|
9.
|
Saya
dapat menerima
saat orang mencela saya saat tidak bisa mengerjakan sesuatu dengan baik.
|
|
|
10.
|
Saya
dapat menerima kalau teman saya tidak sejalan dengan pikiran saya.
|
|
|
11.
|
Saya akan terima jika sesuatu terjadi tidak seperti
kehendak saya.
|
|
|
12.
|
Saya menerima saat teman dekat saya lebih segalanya di
mata orang lain dibanding dengan saya.
|
|
|
13.
|
Saya suka menggambar saat emosi saya tidak stabil.
|
|
|
14.
|
Saya meluangkan waktu saya untuk menulis puisi saat
saya marah, sedih ataupun sedang senang.
|
|
|
15.
|
Saya tidak akan berpindah ke suatu tempat yang baru
karena di sini sudah menyenangkan.
|
|
|
16.
|
Saya tidak mudah terpengaruh dengan situasi yang mudah
berubah.
|
|
|
|
Jumlah
Respon
|
|
|
Skoring
:
Jika
jumlah skor Anda ≤ 4 = berarti kondisi emosi
Anda tidak matang.
Jika
jumlah skor Anda 5-8 = berarti kondisi emosi
Anda belum matang.
Jika
jumlah skor Anda 9-12 = berarti kondisi emosi
Anda matang.
Jika
jumlah skor Anda 13-16 = berarti kondisi emosi
Anda sangat matang.
Refrensi tidak ada?
ReplyDelete