Tuesday 24 April 2012

Pengembangan Instrumen Tentang Kematangan Belajar


PENGEMBANGAN INSTRUMEN
Tentang KEMATANGAN Emosi

A.    KAJIAN TEORI TENTANG KEMATANGAN EMOSI
Istilah emosi menurut Daniel Goleman (1995), seorang pakar kecerdasan emosional, yang diambil dari Oxford English Dictionary memaknai emosi sebagai setiap kegiatan atau pergolakan pikiran, perasaan, nafsu, setiap keadaan mental yang hebat dan meluap-luap. Lebih lanjut ia mengatakan bahwa emosi merujuk kepada suatu perasaan dan pikiran-pikiran yang khas, suatu keadaan biologis dan psikologis, dan serangkaian kecendrungan untuk bertindak.
Menurut Chaplin (1989) dalam Dictionary of psychology, emosi adalah sebagai suatu keadaan yang terangsang dari organisme mencakup perubahan-perubahan yang disadari, yang mendalam sifatnya dari perubahan perilaku. Chaplin (1989) membedakan emosi dengan perasaan, perasaan (feelings) adalah pengalaman disadari yang diaktifkan baik oleh perangsang eksternal maupun oleh bermacam-macam keadaan jasmaniah.
Menurut Crow & Crow (1958), emosi adalah "an emotion, is an affective experience that accompanies generalized inner adjustment and mental and physiological stirredup states in the individual, and that shows it self in his evert behaviour". Jadi, emosi adalah warna afektif yang kuat dan ditandai oleh perubahan-perubahan fisik.
Menurut Hurlock (1990), individu yang dikatakan matang emosinya yaitu:
1.      Dapat melakukan kontrol diri yang bisa diterima secara sosial. Individu yang emosinya matang mampu mengontrol ekspresi emosi yang tidak dapat diterima secara sosial atau membebaskan diri dari energi fisik dan mental yang tertahan dengan cara yang dapat diterima secara sosial.
2.      Pemahaman diri. Individu yang matang, belajar memahami seberapa banyak kontrol yang dibutuhkannya untuk memuaskan kebutuhannya dan sesuai dengan harapan masyarakat.
3.      Menggunakan kemampuan kritis mental. Individu yang matang berusaha menilai situasi secara kritis sebelum meresponnya, kemudian memutuskan bagaimana cara bereaksi terhadap situasi tersebut.
Kematangan emosi (Wolman dalam Puspitasari, 2002) dapat didefinisikan sebagai kondisi yang ditandai oleh perkembangan emosi dan pemunculan perilaku yang tepat sesuai dengan usia dewasa dari pada bertingkah laku seperti anak-anak. Semakin bertambah usia individu diharapkan dapat melihat segala sesuatunya secara obyektif, mampu membedakan perasaan dan kenyataan, serta bertindak atas dasar fakta dari pada perasaan.
Menurut Kartono (1988) kematangan emosi sebagai kedewasaan dari segi emosional dalam artian individu tidak lagi terombang ambing oleh motif kekanak- kanakan. Chaplin (2001) menambahkan emosional maturity adalah suatu keadaan atau kondisi mencapai tingkat kedewasaan dari perkembangan emosi dan karena itu pribadi yang bersangkutan tidak lagi menampilkan pola emosional yang tidak pantas.
Smith (1995) mendefinisikan kematangan emosi menghubungkan dengan karakteristik orang yang berkepribadian matang. Orang yang demikian mampu mengekspresikan rasa cinta dan takutnya secara cepat dan spontan. Sedangkan pribadi yang tidak matang memiliki kebiasaan menghambat perasaan-perasaannya. Sehingga dapat dikatakan pribadi yang matang dapat mengarahkan energi emosi ke aktivitas-aktivitas yang sifatnya kreatif dan produktif. Senada dengan pendapat di atas Covey (dalam Puspitasari, 2002) mengemukakan bahwa kematangan emosi adalah kemampuan untuk mengekspresikan perasaan yang ada dalam diri secara yakin dan berani, diimbangi dengan pertimbangan-pertimbangan akan perasaan dan keyakinan individu lain.
Menurut pandangan Skinner (1977) esensi kematangan emosi melibatkan kontrol emosi yang berarti bahwa seseorang mampu memelihara perasaannya, dapat meredam emosinya, meredam balas dendam dalam kegelisahannya, tidak dapat mengubah moodnya, tidak mudah berubah pendirian. Kematangan emosi juga dapat dikatakan sebagai proses belajar untuk mengembangkan cinta secara sempurna dan luas dimana hal itu menjadikan reaksi pilihan individu sehingga secara otomatis dapat mengubah emosi-emosi yang ada dalam diri manusia (Hwarmstrong, 2005).
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa emosi adalah suatu respons terhadap suatu perangsang yang menyebabkan perubahan fisiologis disertai perasaan yang kuat dan biasanya mengandung kemungkinan untuk meletus.

B.     DEFINISI KONSEPTUAL VARIABEL KEMATANGAN EMOSI
            Emosi adalah suatu keadaan atau kondisi mencapai tingkat kedewasaan dari perkembangan emosi  sehingga melahirkan indikator sebagai berikut: (1) Dapat melakukan kontrol diri yang bisa diterima secara sosial, (2) Menggunakan kemampuan kritis mental, (3) Melihat segala sesuatunya secara obyektif,  (4)  Mampu membedakan perasaan dan kenyataan, (5) dapat mengarahkan energi emosi ke aktivitas-aktivitas yang sifatnya kreatif dan produktif, (6) Tidak mudah berubah pendirian.


C.     DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL KEMATANGAN EMOSI
Kematangan Emosi adalah total skor yang diperoleh dari responden setelah merespon instrumen kematangan emosi dalam pernyataan dengan rentang skor 0-1.

D.    KISI-KISI INSTRUMEN KEMATANGAN EMOSI
Variabel
Indikator
Jumlah Butir
No. Butir
Emosi
1. Dapat melakukan kontrol diri
4
1-4

2. Menggunakan kemampuan kritis mental
2
5-6

3. Melihat segala sesuatunya secara obyektif
2
7-8

4. Mampu membedakan perasaan dan kenyataan
4
9-12

5.  Dapat mengarahkan energi emosi ke aktivitas-aktivitas yang sifatnya kreatif dan produktif
2
13-14

6. Tidak mudah berubah pendirian
2
15-16





Jumlah Butir
16
16

E.     INSTRUMEN KEMATANGAN EMOSI
Petunjuk :
1.      Jawablah pernyataan di bawah ini dengan memberi tanda contreng (√) pada kolom Respon Ya, jika sesuai dengan Anda atau Tidak, jika tidak sesuai dengan Anda.
2.      Respon Ya mendapat skor 1 dan Respon Tidak mendapat skor 0.
No.
Pernyataan
Respon
Ya
Tidak
1.
Saya mampu menahan diri untuk tidak marah dalam situasi apapun.


2.
Saya mampu menahan diri untuk tidak balas dendam terhadap orang yang menyakiti saya.


3.
Saat tidak akan menangis apabila kehilangan sesuatu sekalipun itu sangat berharga dalam hidup saya.


4.
Saya akan tetap tersenyum meskipun sebagian orang mencela saya atau memusuhi saya.


5.
Saya tidak terburu-buru mengambil keputusan.


No.
Pernyataan
Respon
Ya
Tidak
6.
Saya sering berpikir dahulu sebelum bertindak.


7.
Saya selalu mencari fakta sebelum mengambil keputusan.


8.
Saya selalu melakukan pengamatan terlebih dahulu sebelum mengambil sebuah langkah dalam suatu hal.


9.
Saya dapat menerima saat orang mencela saya saat tidak bisa mengerjakan sesuatu dengan baik.


10.
Saya dapat menerima kalau teman saya tidak sejalan dengan pikiran saya.


11.
Saya akan terima jika sesuatu terjadi tidak seperti kehendak saya.


12.
Saya menerima saat teman dekat saya lebih segalanya di mata orang lain dibanding dengan saya.


13.
Saya suka menggambar saat emosi saya tidak stabil.


14.
Saya meluangkan waktu saya untuk menulis puisi saat saya marah, sedih ataupun sedang senang.


15.
Saya tidak akan berpindah ke suatu tempat yang baru karena di sini sudah menyenangkan.


16.
Saya tidak mudah terpengaruh dengan situasi yang mudah berubah.



Jumlah Respon



Skoring :
Jika jumlah skor Anda ≤ 4            = berarti kondisi emosi Anda tidak matang.
Jika jumlah skor Anda 5-8            = berarti kondisi emosi Anda belum matang.
Jika jumlah skor Anda 9-12          = berarti kondisi emosi Anda matang.
Jika jumlah skor Anda 13-16        = berarti kondisi emosi Anda sangat matang.


                                                                                                 

1 comment: