KURIKULUM KBK DAN KTSP
1.
Perbedaan
signifikan antara KBK dengan KTSP
A.
Landasan
Hukum
Dasar yuridis perubahan Kurikulum 1994
menjadi Kurikulum 2004 yaitu :
• Evaluasi Kurikulum 1994
• UUD 1945, GBHN, UU No. 22 tahun 1999
• PP No. 25 tahun 2000
• UU No. 20 tahun 2003
• Evaluasi Kurikulum 1994
• UUD 1945, GBHN, UU No. 22 tahun 1999
• PP No. 25 tahun 2000
• UU No. 20 tahun 2003
Sedangkan KTSP dilandasi oleh undang-undang dan peraturan pemerintah sebagai berikut:
• Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas
• Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
• Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi
• Permendiknas No. 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan.
• Permendiknas No. 24 Tahun 2006 tentang Pelaksana¬an permendiknas no. 22 dan 23.
B. Prinsip-prinsip KBK dan
KTSP
Prinsip KBK
Menyadari bahwa pengembangan kurikulum merupakan proses yang dinamis, maka penyusunan dan pelaksanaan KBK didasarkan pada sembilan prinsip, yaitu
Prinsip KBK
Menyadari bahwa pengembangan kurikulum merupakan proses yang dinamis, maka penyusunan dan pelaksanaan KBK didasarkan pada sembilan prinsip, yaitu
·
Keimanan, Budi Pekerti Luhur, dan
Nilai-nilai Budaya
·
Penguatan Integritas Nasional
·
Keseimbangan Etika, Logika,
Estetika, dan Kinestetika
·
Kesamaan Memperoleh Kesempatan
·
Perkembangan Pengetahuan dan Teknologi
Informasi
·
Pengembangan Kecakapan Hidup
·
Belajar Sepanjang Hayat
·
Berpusat pada Anak
·
Pendekatan Menyeluruh dan Kemitraan
Prinsip KTSP
KTSP dikembangkan berdasarkan prinsip-¬prinsip berikut:
KTSP dikembangkan berdasarkan prinsip-¬prinsip berikut:
·
berpusat pada potensi,
perkembangan, kebutuhan, dan kepen¬tingan peserta didik dan lingkungannya;
·
beragam dan terpadu;
·
tanggap terhadap
perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni;
·
relevan dengan
kebutuhan kehidupan;
·
menyeluruh dan
berkesinambungan;
·
belajar sepanjang
hayat;
·
seimbang antara
kepentingan nasional dan kepentingan daerah.
Selain itu, KTSP disusun dengan
memerhatikan acuan operasional sebagai berikut:
·
Peningkatan iman dan
takwa serta akhlak mulia
·
Peningkatan potensi,
kecerdasan, dan minat sesuai dengan tingkat perkembangan dan kemampuan peserta
didik
·
Keragaman potensi dan
karakteristik daerah dan Ilngkungan
·
Tuntutan pembangunan
daerah dan nasional
·
Tuntutan dunia kerja
·
Perkembangan ilmu
pengetahuan, teknologi, dan seni
·
Agama
·
Dinamika perkembangan
global
·
Persatuan nasional dan
nilai-nilai kebangsaan
·
Kondisi sosial budaya
masyarakat setempat
·
Kesetaraan Gender
·
Karakteristik satuan
pendidikan
C.
Karakteristik
1.
Karakteristik KBK
·
Cenderung Sentralisme
Pendidikan : Kurikulum disusun oleh Tim Pusat secara rinci; Daerah/Sekolah
hanya melaksanakan
·
Kurikulum disusun rinci
oleh Tim Pusat
2.
Karakteristik KTSP
·
Cenderung Desentralisme
Pendidikan : Kerangka Dasar Kurikulum disusun oleh Tim Pusat; Daerah dan
Sekolah dapat mengembangkan lebih lanjut.
·
Kurikulum merupakan
kerangka dasar oleh Tim BSNP
D.
Struktur
Kurikulum
Ada beberapa perbedaan antara srtuktur kurikulum KBK dengan
KTSP, Sebagai contoh dalam kurikulum 2004, mata pelajaran pengetahuan sosial
dan Kewarganegaraan digabung, namun dalam kurikulum 2006 dipisah lagi. Kemudian
dalam kurikulum 2004 MA, pelajaran Pendidikan Agama Islam semuanya diajarkan
mulai dari kelas X sampai XII, tetapi dalam kurikulum 2006 pelajaran SKI hanya
diajarkan di kelas XII saja, dan pelajaran Aqidah Akhlak hanya diajarkan di
kelas X dan XI.
E.
SK dan KD
Dalam kurikulum 2006 ada pemindahan KD juga ada penambahan baik
SK maupun KD, hal ini dilakukan sebagai penetaan kembali dari SK dan KD dalam
Kurikulum 2004. Dalam KBK tidak hanya SK dan KD saja yang ditentukan oleh
pusat, tetapi juga Materi Pokok dan Indikator Pencapaian. Berbeda dengan KTSP,
pemerintah pusat hanya menentukan SK dan KD saja, sedangkan komponen lain
ditentukan oleh guru dan sekolah.
F.
Pedoman
Pelaksanaan Kurikulum
Pedoman Pelaksanaan KBK
·
Bahasa Pengantar
·
Intrakurikuler
·
Ekstrakurikuler
·
Remedial, pengayaan, akselerasi
·
Bimbingan & Konseling
·
Nilai-nilai Pancasila
·
Budi Pekerti
·
Tenaga Kependidikan
·
Sumber dan Sarana Belajar
·
Tahap Pelaksanaan
·
Pengembangan Silabus
·
Pengelolaan Kurikulum
Dalam KTSP Tidak
terdapat pedoman pelaksanaan kurikulum seperti pada Kurikulum KBK.
G.
Struktur
1.
KBK
·
Dalam Kurikulim KBK Berubahan
relatif banyak dibandingkan kurikulum sebelumnya (1994 suplemen 1999)
·
Ada perubahan nama mata pelajaran
·
Ada penambahan mata pelajaran (TIK) atau
penggabungan mata pelajaran (KN dan PS di SD)
2.
KTSP
·
Penambahan mata pelajaran untuk
Mulok dan Pengem-bangan diri untuk semua jenjang sekolah
·
Ada pengurangan mata pelajaran (Misal TIK di
SD)
·
Ada perubahan nama mata pelajaran
·
KN dan IPS di SD dipisah lagi
·
Ada perubahan jumlah jam pelajaran
setiap mata pelajaran
2. Strategi Pembelajaran Yang Tepat
Untuk KBK dan KTSP
Strategi pembelajaran yang tepat
untuk Kurikulum KBK dan KTSP yakni melalui pembelajaran konstektual. Pembelajaran
kontekstual didasarkan pada hasil penelitian John Dewey (1916) yang
menyimpulkan bahwa siswa akan belajar dengan baik jika apa yang dipelajari
terkait dengan apa yang telah diketahui dan dengan kegiatan yang atau peristiwa
yang akan terjadi disekelilingnya. Pembelajaran ini menekankan pada daya pikir
yang tinggi, transfer imu pengetahuan, mengumpulkan dan menganalisis data,
memecahkan masalah-masalah tertentu baik secara individu maupun kelompok
Beberapa strategi pengajaran yang
dapat dikembangkan oleh guru melalui pembelajaran kontekstual, antara lain:
1. Pembelajaran berbasis masalah
Sebelum memulai proses belajar-mengajar di dalam kelas, siswa terlebih dahulu diminta untuk mengobservasi suatu fenomena terlebih dahulu. Kemudian siswa diminta untuk mencatat permasalahan-permasalahan yang muncul. Setelah itu, tugas guru adalah merangsang siswa untuk berpikir kritis dalam memecahkan masalah yang ada. Tugas guru adalah mengarahkan siswa untuk bertanya, membuktikan asumsi, dan mendengarkan perspektif yang berbeda dengan mereka.
2. Memanfaatkan lingkungan siswa untuk memperoleh pengalaman belajar
Guru memberikan penugasan yang dapat dilakukan di berbagai konteks lingkungan siswa antara lain di sekolah, keluarga, dan masyarakat. Penugasan yang diberikan oleh guru memberikan kesempatan bagi siswa untuk belajar di luar kelas. Misalnya, siswa keluar dari ruang kelas dan berinteraksi langsung untuk melakukan wawancara. Siswa diharapkan dapat memperoleh pengalaman langsung tentang apa yang sedang dipelajari. Pengalaman belajar merupakan aktivitas belajar yang harus dilakukan siswa dalam rangka mencapai penguasaan standar kompetensi, kemampuan dasar dan materi pembelajaran.
3. Memberikan aktivitas kelompok
Aktivitas belajar secara kelompok dapat memperluas perspektif serta membangun kecakapan interpersonal untuk berhubungan dengan orang lain. Guru dapat menyusun kelompok terdiri dari tiga, lima maupun delapan siswa sesuai dengan tingkat kesulitan penugasan.
4. Membuat aktivitas belajar mandiri
Peserta didik tersebut mampu mencari, menganalisis dan menggunakan informasi dengan sedikit atau bahkan tanpa bantuan guru. Supaya dapat melakukannya, siswa harus lebih memperhatikan bagaimana mereka memproses informasi, menerapkan strategi pemecahan masalah, dan menggunakan pengetahuan yang telah mereka peroleh. Pengalaman pembelajaran kontekstual harus mengikuti uji-coba terlebih dahulu; menyediakan waktu yang cukup, dan menyusun refleksi; serta berusaha tanpa meminta bantuan guru supaya dapat melakukan proses pembelajaran secara mandiri (independent learning).
5. Membuat aktivitas belajar bekerjasama dengan masyarakat
Sekolah dapat melakukan kerja sama dengan orang tua siswa yang memiliki keahlian khusus untuk menjadi guru tamu. Hal ini perlu dilakukan guna memberikan pengalaman belajar secara langsung dimana siswa dapat termotivasi untuk mengajukan pertanyaan. Selain itu, kerja sama juga dapat dilakukan dengan institusi atau perusahaan tertentu untuk memberikan pengalaman kerja. Misalnya meminta siswa untuk magang di tempat kerja.
1. Pembelajaran berbasis masalah
Sebelum memulai proses belajar-mengajar di dalam kelas, siswa terlebih dahulu diminta untuk mengobservasi suatu fenomena terlebih dahulu. Kemudian siswa diminta untuk mencatat permasalahan-permasalahan yang muncul. Setelah itu, tugas guru adalah merangsang siswa untuk berpikir kritis dalam memecahkan masalah yang ada. Tugas guru adalah mengarahkan siswa untuk bertanya, membuktikan asumsi, dan mendengarkan perspektif yang berbeda dengan mereka.
2. Memanfaatkan lingkungan siswa untuk memperoleh pengalaman belajar
Guru memberikan penugasan yang dapat dilakukan di berbagai konteks lingkungan siswa antara lain di sekolah, keluarga, dan masyarakat. Penugasan yang diberikan oleh guru memberikan kesempatan bagi siswa untuk belajar di luar kelas. Misalnya, siswa keluar dari ruang kelas dan berinteraksi langsung untuk melakukan wawancara. Siswa diharapkan dapat memperoleh pengalaman langsung tentang apa yang sedang dipelajari. Pengalaman belajar merupakan aktivitas belajar yang harus dilakukan siswa dalam rangka mencapai penguasaan standar kompetensi, kemampuan dasar dan materi pembelajaran.
3. Memberikan aktivitas kelompok
Aktivitas belajar secara kelompok dapat memperluas perspektif serta membangun kecakapan interpersonal untuk berhubungan dengan orang lain. Guru dapat menyusun kelompok terdiri dari tiga, lima maupun delapan siswa sesuai dengan tingkat kesulitan penugasan.
4. Membuat aktivitas belajar mandiri
Peserta didik tersebut mampu mencari, menganalisis dan menggunakan informasi dengan sedikit atau bahkan tanpa bantuan guru. Supaya dapat melakukannya, siswa harus lebih memperhatikan bagaimana mereka memproses informasi, menerapkan strategi pemecahan masalah, dan menggunakan pengetahuan yang telah mereka peroleh. Pengalaman pembelajaran kontekstual harus mengikuti uji-coba terlebih dahulu; menyediakan waktu yang cukup, dan menyusun refleksi; serta berusaha tanpa meminta bantuan guru supaya dapat melakukan proses pembelajaran secara mandiri (independent learning).
5. Membuat aktivitas belajar bekerjasama dengan masyarakat
Sekolah dapat melakukan kerja sama dengan orang tua siswa yang memiliki keahlian khusus untuk menjadi guru tamu. Hal ini perlu dilakukan guna memberikan pengalaman belajar secara langsung dimana siswa dapat termotivasi untuk mengajukan pertanyaan. Selain itu, kerja sama juga dapat dilakukan dengan institusi atau perusahaan tertentu untuk memberikan pengalaman kerja. Misalnya meminta siswa untuk magang di tempat kerja.
6.
Menerapkan penilaian autentik
Dalam pembelajaran kontekstual, penilaian autentik dapat membantu siswa untuk menerapkan informasi akademik dan kecakapan yang telah diperoleh pada situasi nyata untuk tujuan tertentu. Menurut Johnson (2002: 165), penilaian autentik memberikan kesempatan luas bagi siswa untuk menunjukkan apa yang telah mereka pelajari selama proses belajar-mengajar. Adapun bentuk-bentuk penilaian yang dapat digunakan oleh guru adalah portfolio, tugas kelompok, demonstrasi, dan laporan tertulis.
Dalam pembelajaran kontekstual, penilaian autentik dapat membantu siswa untuk menerapkan informasi akademik dan kecakapan yang telah diperoleh pada situasi nyata untuk tujuan tertentu. Menurut Johnson (2002: 165), penilaian autentik memberikan kesempatan luas bagi siswa untuk menunjukkan apa yang telah mereka pelajari selama proses belajar-mengajar. Adapun bentuk-bentuk penilaian yang dapat digunakan oleh guru adalah portfolio, tugas kelompok, demonstrasi, dan laporan tertulis.
Tujuh konsep utama pembelajaran kontekstual, yaitu:
a. Constructivisme
§ Belajar adalah proses aktif mengonstruksi pengetahuan dari abstraksi
pengalaman alami maupun manusiawi, yang dilakukan secara pribadi dan sosial
untuk mencari makna dengan memproses informasi sehingga dirasakan masuk akal
sesuai dengan kerangka berpikir yang dimiliki
§ Belajar berarti menyediakan kondisi agar memungkinkan peserta didik membangun
sendiri pengetahuannya
§ Kegiatan belajar dikemas menjadi proses mengonstruksi pengetahu-an, bukan
menerima pengetahuan sehingga belajar dimulai dari apa yang diketahui peserta
didik. Peserta didik menemukan ide dan pengetahuan (konsep, prinsip) baru,
menerapkan ide-ide, kemudian peserta didik mencari strategi belajar yang
efektif agar mencapai kompetensi dan memberikan kepuasan atas penemuannya itu.
b. Inquiry
§ Siklus
inkuiri: observasi dimulai dengan bertanya, mengajukan hipotesis, mengumpulkan
data, dan menarik simpulan.
§ Langkah-langkah inkuiri dengan merumuskan masalah, melakukan observasi,
analisis data, kemudian mengomunikasikan hasilnya
c. Questioning
§ Berguna
bagi guru untuk: mendorong, membimbing dan menilai peserta didik; menggali
informasi tentang pemahaman, perhatian, dan pengetahuan peserta didik.
§ Berguna
bagi peserta didik sebagai salah satu teknik dan strategi belajar.
d. Learning Community
§ Dilakukan melalui pembelajaran kolaboratif
§ Belajar dilakukan dalam kelompok-kelompok kecil sehingga kemampuan sosial
dan komunikasi berkembang
e. Modelling
§ Berguna
sebagai contoh yang baik yang dapat ditiru oleh peserta didik seperti cara
menggali informasi, demonstrasi, dan lain-lain.
§ Pemodelan
dilakukan oleh guru (sebagai teladan), peserta didik, dan tokoh lain.
f. Reflection
§ Tentang cara berpikir apa yang baru dipelajari
§ Respon terhadap kejadian, aktivitas/pengetahuan yang baru
§ Hasil konstruksi pengetahuan yang baru
§ Bentuknya
dapat berupa kesan, catatan atau hasil karya
g. Autentic
Assesment
§ Menilai
sikap, pengetahuan, dan ketrampilan
§
Berlangsung selama proses secara terintegrasi
§ Dilakukan
melalui berbagai cara (test dan non-test)
§
Alternative bentuk: kinerja, observasi, portofolio, dan/atau jurn
No comments:
Post a Comment