Tuesday 24 April 2012

KTSP dan KBK

KURIKULUM KBK DAN KTSP


1.    Perbedaan signifikan antara KBK dengan KTSP


A.      Landasan Hukum

Dasar yuridis perubahan Kurikulum 1994 menjadi Kurikulum 2004 yaitu :
• Evaluasi Kurikulum 1994
• UUD 1945, GBHN, UU No. 22 tahun 1999
• PP No. 25 tahun 2000
• UU No. 20 tahun 2003

Sedangkan KTSP dilandasi oleh undang-undang dan peraturan pemerintah sebagai berikut:
• Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas
• Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
• Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi
• Permendiknas No. 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan.
• Permendiknas No. 24 Tahun 2006 tentang Pelaksana¬an permendiknas no. 22 dan 23.


B.      Prinsip-prinsip KBK dan KTSP

Prinsip KBK
      Menyadari bahwa pengembangan kurikulum merupakan proses yang dinamis, maka penyusunan dan pelaksanaan KBK didasarkan pada sembilan prinsip, yaitu
·         Keimanan, Budi Pekerti Luhur, dan Nilai-nilai Budaya
·         Penguatan Integritas Nasional
·         Keseimbangan Etika, Logika, Estetika, dan Kinestetika
·         Kesamaan Memperoleh Kesempatan
·          Perkembangan Pengetahuan dan Teknologi Informasi
·         Pengembangan Kecakapan Hidup
·         Belajar Sepanjang Hayat
·         Berpusat pada Anak
·         Pendekatan Menyeluruh dan Kemitraan


Prinsip KTSP
      KTSP dikembangkan berdasarkan prinsip-¬prinsip berikut:
·         berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepen¬tingan peserta didik dan lingkungannya;
·         beragam dan terpadu;
·         tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni;
·         relevan dengan kebutuhan kehidupan;
·         menyeluruh dan berkesinambungan;
·         belajar sepanjang hayat;
·         seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah.

Selain itu, KTSP disusun dengan memerhatikan acuan operasional sebagai berikut:
·         Peningkatan iman dan takwa serta akhlak mulia
·         Peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat sesuai dengan tingkat perkembangan dan kemampuan peserta didik
·         Keragaman potensi dan karakteristik daerah dan Ilngkungan
·         Tuntutan pembangunan daerah dan nasional
·         Tuntutan dunia kerja
·         Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni
·         Agama
·         Dinamika perkembangan global
·         Persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan
·         Kondisi sosial budaya masyarakat setempat
·         Kesetaraan Gender
·         Karakteristik satuan pendidikan


C.       Karakteristik

1.       Karakteristik KBK
·         Cenderung Sentralisme Pendidikan : Kurikulum disusun oleh Tim Pusat secara rinci; Daerah/Sekolah hanya melaksanakan
·         Kurikulum disusun rinci oleh Tim Pusat

2.       Karakteristik KTSP
·         Cenderung Desentralisme Pendidikan : Kerangka Dasar Kurikulum disusun oleh Tim Pusat; Daerah dan Sekolah dapat mengembangkan lebih lanjut.
·         Kurikulum merupakan kerangka dasar oleh Tim BSNP




D.      Struktur Kurikulum

      Ada beberapa perbedaan antara srtuktur kurikulum KBK dengan KTSP, Sebagai contoh dalam kurikulum 2004, mata pelajaran pengetahuan sosial dan Kewarganegaraan digabung, namun dalam kurikulum 2006 dipisah lagi. Kemudian dalam kurikulum 2004 MA, pelajaran Pendidikan Agama Islam semuanya diajarkan mulai dari kelas X sampai XII, tetapi dalam kurikulum 2006 pelajaran SKI hanya diajarkan di kelas XII saja, dan pelajaran Aqidah Akhlak hanya diajarkan di kelas X dan XI.




E.       SK dan KD

      Dalam kurikulum 2006 ada pemindahan KD juga ada penambahan baik SK maupun KD, hal ini dilakukan sebagai penetaan kembali dari SK dan KD dalam Kurikulum 2004. Dalam KBK tidak hanya SK dan KD saja yang ditentukan oleh pusat, tetapi juga Materi Pokok dan Indikator Pencapaian. Berbeda dengan KTSP, pemerintah pusat hanya menentukan SK dan KD saja, sedangkan komponen lain ditentukan oleh guru dan sekolah.

F.       Pedoman Pelaksanaan Kurikulum

Pedoman Pelaksanaan KBK
·         Bahasa Pengantar
·         Intrakurikuler
·         Ekstrakurikuler
·         Remedial, pengayaan, akselerasi
·         Bimbingan & Konseling
·         Nilai-nilai Pancasila
·         Budi Pekerti
·         Tenaga Kependidikan
·         Sumber dan Sarana Belajar
·         Tahap Pelaksanaan
·         Pengembangan Silabus
·         Pengelolaan Kurikulum

Dalam KTSP Tidak terdapat pedoman pelaksanaan kurikulum seperti pada Kurikulum KBK.

G.      Struktur

1.       KBK
·         Dalam Kurikulim KBK Berubahan relatif banyak dibandingkan kurikulum sebelumnya (1994 suplemen 1999)
·         Ada perubahan nama mata pelajaran
·          Ada penambahan mata pelajaran (TIK) atau penggabungan mata pelajaran (KN dan PS di SD)

2.       KTSP
·         Penambahan mata pelajaran untuk Mulok dan Pengem-bangan diri untuk semua jenjang sekolah
·          Ada pengurangan mata pelajaran (Misal TIK di SD)
·         Ada perubahan nama mata pelajaran
·         KN dan IPS di SD dipisah lagi
·         Ada perubahan jumlah jam pelajaran setiap mata pelajaran




2.    Strategi Pembelajaran Yang Tepat Untuk KBK dan KTSP

            Strategi pembelajaran yang tepat untuk Kurikulum KBK dan KTSP yakni melalui pembelajaran konstektual. Pembelajaran kontekstual didasarkan pada hasil penelitian John Dewey (1916) yang menyimpulkan bahwa siswa akan belajar dengan baik jika apa yang dipelajari terkait dengan apa yang telah diketahui dan dengan kegiatan yang atau peristiwa yang akan terjadi disekelilingnya. Pembelajaran ini menekankan pada daya pikir yang tinggi, transfer imu pengetahuan, mengumpulkan dan menganalisis data, memecahkan masalah-masalah tertentu baik secara individu maupun kelompok
           
            Beberapa strategi pengajaran yang dapat dikembangkan oleh guru melalui pembelajaran kontekstual, antara lain:

1. Pembelajaran berbasis masalah
            Sebelum memulai proses belajar-mengajar di dalam kelas, siswa terlebih dahulu diminta untuk mengobservasi suatu fenomena terlebih dahulu. Kemudian siswa diminta untuk mencatat permasalahan-permasalahan yang muncul. Setelah itu, tugas guru adalah merangsang siswa untuk berpikir kritis dalam memecahkan masalah yang ada. Tugas guru adalah mengarahkan siswa untuk bertanya, membuktikan asumsi, dan mendengarkan perspektif yang berbeda dengan mereka.

2. Memanfaatkan lingkungan siswa untuk memperoleh pengalaman belajar
            Guru memberikan penugasan yang dapat dilakukan di berbagai konteks lingkungan siswa antara lain di sekolah, keluarga, dan masyarakat. Penugasan yang diberikan oleh guru memberikan kesempatan bagi siswa untuk belajar di luar kelas. Misalnya, siswa keluar dari ruang kelas dan berinteraksi langsung untuk melakukan wawancara. Siswa diharapkan dapat memperoleh pengalaman langsung tentang apa yang sedang dipelajari. Pengalaman belajar merupakan aktivitas belajar yang harus dilakukan siswa dalam rangka mencapai penguasaan standar kompetensi, kemampuan dasar dan materi pembelajaran.

3. Memberikan aktivitas kelompok
            Aktivitas belajar secara kelompok dapat memperluas perspektif serta membangun kecakapan interpersonal untuk berhubungan dengan orang lain. Guru dapat menyusun kelompok terdiri dari tiga, lima maupun delapan siswa sesuai dengan tingkat kesulitan penugasan.

4. Membuat aktivitas belajar mandiri
            Peserta didik tersebut mampu mencari, menganalisis dan menggunakan informasi dengan sedikit atau bahkan tanpa bantuan guru. Supaya dapat melakukannya, siswa harus lebih memperhatikan bagaimana mereka memproses informasi, menerapkan strategi pemecahan masalah, dan menggunakan pengetahuan yang telah mereka peroleh. Pengalaman pembelajaran kontekstual harus mengikuti uji-coba terlebih dahulu; menyediakan waktu yang cukup, dan menyusun refleksi; serta berusaha tanpa meminta bantuan guru supaya dapat melakukan proses pembelajaran secara mandiri (independent learning).

5. Membuat aktivitas belajar bekerjasama dengan masyarakat
            Sekolah dapat melakukan kerja sama dengan orang tua siswa yang memiliki keahlian khusus untuk menjadi guru tamu. Hal ini perlu dilakukan guna memberikan pengalaman belajar secara langsung dimana siswa dapat termotivasi untuk mengajukan pertanyaan. Selain itu, kerja sama juga dapat dilakukan dengan institusi atau perusahaan tertentu untuk memberikan pengalaman kerja. Misalnya meminta siswa untuk magang di tempat kerja.
6. Menerapkan penilaian autentik
            Dalam pembelajaran kontekstual, penilaian autentik dapat membantu siswa untuk menerapkan informasi akademik dan kecakapan yang telah diperoleh pada situasi nyata untuk tujuan tertentu. Menurut Johnson (2002: 165), penilaian autentik memberikan kesempatan luas bagi siswa untuk menunjukkan apa yang telah mereka pelajari selama proses belajar-mengajar. Adapun bentuk-bentuk penilaian yang dapat digunakan oleh guru adalah portfolio, tugas kelompok, demonstrasi, dan laporan tertulis.

Tujuh konsep utama pembelajaran kontekstual, yaitu:
a. Constructivisme
§ Belajar adalah proses aktif mengonstruksi pengetahuan dari abstraksi pengalaman alami maupun manusiawi, yang dilakukan secara pribadi dan sosial untuk mencari makna dengan memproses informasi sehingga dirasakan masuk akal sesuai dengan kerangka berpikir yang dimiliki
§ Belajar berarti menyediakan kondisi agar memungkinkan peserta didik membangun sendiri pengetahuannya
§ Kegiatan belajar dikemas menjadi proses mengonstruksi pengetahu-an, bukan menerima pengetahuan sehingga belajar dimulai dari apa yang diketahui peserta didik. Peserta didik menemukan ide dan pengetahuan (konsep, prinsip) baru, menerapkan ide-ide, kemudian peserta didik mencari strategi belajar yang efektif agar mencapai kompetensi dan memberikan kepuasan atas penemuannya itu.
b. Inquiry
§ Siklus inkuiri: observasi dimulai dengan bertanya, mengajukan hipotesis, mengumpulkan data, dan menarik simpulan.
§ Langkah-langkah inkuiri dengan merumuskan masalah, melakukan observasi, analisis data, kemudian mengomunikasikan hasilnya
c. Questioning
§ Berguna bagi guru untuk: mendorong, membimbing dan menilai peserta didik; menggali informasi tentang pemahaman, perhatian, dan pengetahuan peserta didik.
§ Berguna bagi peserta didik sebagai salah satu teknik dan strategi belajar.
d. Learning Community
§ Dilakukan melalui pembelajaran kolaboratif
§ Belajar dilakukan dalam kelompok-kelompok kecil sehingga kemampuan sosial dan komunikasi berkembang
e. Modelling
§ Berguna sebagai contoh yang baik yang dapat ditiru oleh peserta didik seperti cara menggali informasi, demonstrasi, dan lain-lain.
§ Pemodelan dilakukan oleh guru (sebagai teladan), peserta didik, dan tokoh lain.
f. Reflection
§ Tentang cara berpikir apa yang baru dipelajari
§ Respon terhadap kejadian, aktivitas/pengetahuan yang baru
§ Hasil konstruksi pengetahuan yang baru
§ Bentuknya dapat berupa kesan, catatan atau hasil karya
g. Autentic Assesment
§ Menilai sikap, pengetahuan, dan ketrampilan
§ Berlangsung selama proses secara terintegrasi
§ Dilakukan melalui berbagai cara (test dan non-test)
§ Alternative bentuk: kinerja, observasi, portofolio, dan/atau jurn

No comments:

Post a Comment